3 Tingkat Membaca yang Harus Kamu Ketahui

Pernahkah kamu mengalami kesulitan dalam memahami sebuah bacaan? Apalagi membaca sumber bacaan untuk tugas-tugas sekolah, kuliah, maupun pekerjaan?

Membaca merupakan suatu proses yang kompleks, karena terdapat berbagai aktivitas yang terlibat di dalamnya, salah satunya adalah memahami makna bacaan. Oleh sebab itu, guna mengatasi kesulitan dalam memahami makna bacaan, digunakan suatu strategi yang bernama three levels of reading atau tiga tingkat membaca. Tidak hanya digunakan untuk memahami makna bacaan, tetapi strategi tersebut juga dapat digunakan untuk memahami sebuah karya seni, loh!

Continue reading “3 Tingkat Membaca yang Harus Kamu Ketahui”

Lentera dalam Gelita – Engkau

Lentera dalam Gelita. Dok. Penulis

Lesap citta sahaya–berguncang di antara jenggala ekspektasi insan yang semerta-merta, berbondong mengarah pada dunia edan yang pekat terhadap suatu kultur kalut–hustle culture. Dersik telah lindap oleh suara lantang mereka yang menapakkan kaki pada bentala dari munculnya arunika hingga diakhiri oleh senja. Aku hanya duduk, terdiam di sebuah cafe sembari memandang layar gawai yang riuh akan dengungan notifikasi social media sambil menyeruput kopi hitamku yang masih bergejolak.

“Sekala, sekala, sial.” Aku menggerutu dalam benak. Indolen merenggut hasratku untuk kesekian kalinya. Mungkin dalam hitungan hari aku akan melaluinya lagi: anxiety Mereka, iya, mereka—yang selalu berbisik, “Kau akan gagal. Kau akan gagal. Lihat mereka semua, sedang ripuh dan kau hanya berdiam diri di titik yang serupa!” Aku adalah kulacino–hanya membuat gaduh oleh kehadiranku, berkesan sejenak oleh kepergianku, dan tidak meninggalkan sepeser pun nostalgia. Hampa bergelimang dalam hidupku, semenjak tanggung jawab menyertaiku belakangan ini. Berat rasaku menoleh—ke arahnya yang asyik dengan kegiatan ORMAWA. 

Kompetisi di mana aku tak akan menjadi juara, sebuah kiani yang tak akan pernah diberkati padaku, “itukah, bentuk paham dari kata ‘sukses’?” Haruskah diri ini tak kunjung jeda terbentang tanpa adanya perlawanan?”. Hari-hari yang semakin berat untuk kujalani karena tekanan sosial yang sangat melekat dan membuatku selalu bertanya: “Apakah ada ruang tersisa bagiku untuk menjadi jawara?” Aku telah mengejar, menguntit, mengayomi dengan gesa dan jerah; amerta visus tak membuahkan makna jernih dari pandanganku–mengartikan suatu ‘kekosongan’ yang kugapai selama dua tahun terakhir ini. 

Siapa sangka hidup memiliki arti ketaksaan yang tak sahaja mengikuti alur diri bak air yang bergelinang tenang di sungai, tetapi seperti menavigasi sebuah perahu di mana aku harus mengikuti rangkaian teknisi dan aturan agar tak sesat. Semesta seakan membengkalaikanku dari kebahagiaan dengan kawan yang juga direnggut oleh kesibukan ilahi (ini selalu membuatku kesepian dan tenggelam dalam candala). Aku pernah berharap, di saat batin masih menggebu: menjadi dewasa adalah sebuah ketakjuban yang telah dinanti-nanti berjuta insan. Namun, kenyataan mengatakan dusta pada impianku. “Mungkinkah, suatu saat nanti, keajaiban melintas dan berpihak padaku?” aku bergumam dengan gemercik air mata membasuh wajahku yang muram.

Tak terasa, sudah empat jam aku menempati kursi kayu sambil mengamati orang berlalu-lalang di balik kaca (mungkin kalau mereka menyadari, aku tampak absurd). Serentak, aku bergegas mengampihkan barang-barangku–buku dan pena yang sejak tadi terlena. Langkahku terasa berat seiring diri yang kian mendekat pada rumah yang familiar namun asing–rumah tanpa semerbak hawa rumah lagi seperti dulu. Rumit dan rusuh membawa pening yang tak henti menghuni kepalaku. Dunia yang seakan berterbangan bak angin, membawa keseharianku yang amat kucinta (dulu)–di mana tangan ini digenggam, hadir yang tak hanya singgah, dan sekarang aku tertinggal dengan suatu keharusan untuk berdamai dengan kenyataan pahit (kilatnya gerak-gerik yang kupandang setiap harinya dan dirimu, support system-ku, kini berlarian menuju dunia itu, dia yang lama telah tiada). 

“Aku merindukannya, dia yang selalu menyemangatiku di kala ku resah, dia yang selalu hadir di kala ku rapuh, dia yang kebal akan bisingnya pikiranku saat gelap menerpa.” Hati membisik.   

“Di mana dirimu saat ini? Ingatkah kamu, kita pernah berjanji untuk saling mengasihi sampai maut memisahkan?” Aku bergumam. 

“Aku hanya ingin kehadiranmu kembali, mengisi monokrom kalbuku, memberatkan pundakku dengan sandaranmu, dan menemaniku menerpa ombak yang menerjang.” Aku merengek. 

Paras yang tak rupawan, itulah aku di hadapan kaca. Aku bertanya-tanya, hingga kapan diri ini akan berterus menjadi penonton belaka. Aku merenung, membiarkan air shower yang berlinang membasahi kepalaku yang kian menggejolak.

Kini, kuingat ucapannya, “Tutup mata dan telingamu, Riz.” Tangannya yang halus mendekap kedua telingaku dan mengarahkan wajahku yang saat itu lusuh agar menatap matanya yang berbinar. Sembari perlahan melepaskan tangannya dari telingaku, ia berkata,

“Dengar, Riz. Seberapa damainya sunyi, hanya suara kita dan degup jantung yang terdengar,” wajahnya tersenyum.

“Di duniamu, kamulah yang terpenting, kamulah yang menjadi peran utamanya, dan hanya kamu yang berhak menilai serta menjalankannya. Jangan biarkan ucapan mereka, langkah hidup mereka, menjadi patokan dari nilai hidupmu. Aku percaya dan akan selalu percaya, bahwa kamu akan menjadi bagian dari himpunan insan sukses dan bahagia,” kau berkata. Hangat terasa dalam hati yang menggebu-gebu, ucapan yang begitu baik, dari kamu, Hau, orang baik–menjadi penyelamatku, tiga tahun yang lalu. Aku berjalan menuju wisma, tempatku bertemu mimpi (seperti katamu: akan ada restu yang berpihak kepadaku dan masa depanku). 

Engkau. Wanita yang tak akan kulupakan, meski aku menua dihadang waktu. Masih teringat, perawakanmu yang perlahan menghilang dari sorot mataku, Hau. Engkau adalah bagian dari mimpi yang aku puja dan idamkan, dulu. Terima kasih, atasmu, aku dapat menggapai gelora kemegahan. Terima kasih, penyemangatku, pendampingku, permaisuriku. Sekarang, aku akan relakanmu, dengannya, jodohmu. Maafkan aku, Hau, jelas cinta kita abadi pada saatnya; nyata, nyaman aku bersamamu. Namun, aku yang dulu begitu rapuh tak dapat menjanjikan kebahagiaan padamu dan terlanjur mengucap perpisahan.

Selamat berbahagia, Hau. Semoga, di kehidupan yang lain, kelak, kita dipersatukan dan tak sekadar dipertemukan. Sungguh, melepaskanmu adalah topan terdahsyat dalam hidupku.


#AnakMudaSukaMembaca

3 NEGARA DENGAN SKOR PISA TERTINGGI: APA YANG MEREKA LAKUKAN?

1. Apa sih PISA itu?

PISA logo
Logo PISA. via: WIkimedia

PISA atau Programme for International Student Assessment adalah suatu studi internasional di bidang pendidikan yang bertujuan untuk mendorong negara-negara agar saling belajar satu sama lain mengenai sistem pendidikan sehingga mampu membangun sistem persekolahan yang lebih baik dan inklusif secara efektif. PISA diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development).

Continue reading “3 NEGARA DENGAN SKOR PISA TERTINGGI: APA YANG MEREKA LAKUKAN?”

Literasi : Alat Perjuangan Generasi Muda untuk Indonesia

Perjuangan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang maju belum berakhir. Masih ada sisi kehidupan lain yang belum benar-benar merdeka, dan  generasi muda mencoba menggunakan literasi sebagai alat untuk mengatasinya.

Continue reading “Literasi : Alat Perjuangan Generasi Muda untuk Indonesia”

3 Hal Penting yang Didapat dari Buku “How To Respect Myself”

Definisi paling mendasar dari harga diri adalah penilaian individu terhadap diri sendiri.

“How to Respect Myself” by Yoon Hong Gyun
Cover Buku “How to Respect Myself” karya Yoon Hong Gyun. Dok. Nada Amira (penulis).

Menghargai diri sendiri menjadi isu yang serius di kalangan anak muda belakangan ini. Dilansir dari Kumparan, terdapat survei yang menyatakan bahwa media sosial merupakan salah satu faktor utama penyebab meningkatnya rasa insecure. Tidak heran mengapa Yoon Hong Gyun, seorang Dokter Jiwa di Korea, menulis sebuah buku mengenai harga diri yang berjudul “How to Respect Myself“.

Continue reading “3 Hal Penting yang Didapat dari Buku “How To Respect Myself””

5 Rekomendasi Novel Best Seller Adaptasi Wattpad

Sobat Page Turner, tahukah kamu tentang aplikasi Wattpad? Ya! Wattpad atau sering disebut juga ‘dunia orange’ merupakan surga bagi mereka yang gemar membaca dan menulis.

Sobat Page Turner dapat menulis cerita karya sendiri lalu mempublikasikannya dan membaca karya penulis lain dari seluruh dunia. Cerita-cerita tersebut dikategorikan ke dalam lima belas lebih kategori antara lain genre teen fiction, fanfiction, humour, mystery, romance, dll.

Continue reading “5 Rekomendasi Novel Best Seller Adaptasi Wattpad”

Dari EvO ke EBI: Lika-Liku Ejaan Bahasa Indonesia

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia

Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia

sumpah pemuda, sejak 28 oktober 1928

Begitulah isi teks sumpah pemuda yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 28 Oktober. Walaupun sebenarnya yang dimaksud dengan “Sumpah Pemuda” itu merupakan hasil keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan selama dua hari, yaitu tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di Batavia (kini bernama Jakarta).

Seperti yang tertera dalam isi teks sumpah pemuda, seluruh putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa nasional kita, Bahasa Indonesia. Apakah sebelumnya kalian sudah tahu belum sejarah bahasa negara kita?

Sebagai rakyat Indonesia, sudah sewajarnya kita kepo dong dengan sejarah perkembangan bahasa nasional. Apakah itu turunan dari bahasa daerah atau tiba-tiba muncul begitu saja, ya? Terus, beda nggak ya, bahasa Indonesia sekarang dengan yang dulu? Well, yuk kita cari tahu bersama!

Continue reading “Dari EvO ke EBI: Lika-Liku Ejaan Bahasa Indonesia”

Review Karya Klasik Prominen: Pride and Prejudice

Serpihan Isu Sosial yang Tidak luput Oleh Waktu: Kesenjangan Gender

Bergelimangan karya kontemporer memisahkankan kita dari berjuta karya klasik yang tak kalah spektakuler. “Kuno, ketinggalan zaman, rumit,” menjadi kata-kata yang sering diasosiasikan massa terhadap buku klasik.

Nyatanya, melansir dari nourabooks, ada banyak keunggulan dari membaca sastra klasik yang perlu kamu ketahui, di antaranya adalah meningkatkan kecerdasan sosial, mengembangkan pola pikir dan pandangan dunia, serta meningkatkan keahlian dalam berbahasa. 

Continue reading “Review Karya Klasik Prominen: Pride and Prejudice”