Review Karya Klasik Prominen: Pride and Prejudice

Serpihan Isu Sosial yang Tidak luput Oleh Waktu: Kesenjangan Gender

Bergelimangan karya kontemporer memisahkankan kita dari berjuta karya klasik yang tak kalah spektakuler. “Kuno, ketinggalan zaman, rumit,” menjadi kata-kata yang sering diasosiasikan massa terhadap buku klasik.

Nyatanya, melansir dari nourabooks, ada banyak keunggulan dari membaca sastra klasik yang perlu kamu ketahui, di antaranya adalah meningkatkan kecerdasan sosial, mengembangkan pola pikir dan pandangan dunia, serta meningkatkan keahlian dalam berbahasa. 

Sejauh ini, kesadaran terhadap keunggulan karya klasik masih tergolong minim. Padahal, bila kita telusuri lebih lanjut, banyak isu sosial yang kerap kita jumpai bermula dari sekian abad yang lalu sehingga menciptakan karya dengan relevansi yang gadang dan versatile sampai saat ini.

Pada kesempatan kali ini, penulis berantusias untuk merangkul para pembaca demi menapakan kaki di dunia sastra klasik ternama, Pride and Prejudice. Tidak sirna isu kesetaraan gender di masa lampau hingga kini, tidak  luput juga penulis menemukan gemercik (seperti bunyi air yang jatuh di antara genangan air) dari isu sosial tersebut–dari kisah Pride and Prejudice. Dengan penulis, pembaca dapat bersama-sama menelusuri dan merangkai rantai yang menghubungkan situasi literasi dari kesetaraan gender kedua era dari sudut pandang yang berbeda. 

Yuk, simak lebih lanjut kandungan kisah dari Pride and Prejudice!


Pride and Prejudice
Cover Pride and Prejudice. dok: AbeBooks

Pride and Prejudice merupakan karya impresif dari penulis terkemuka, Jane Austen. Novel romantis yang diterbitkan pada tahun 1813 ini menggambarkan kenyataan muram yang berkutat pada kekuasaan dan nilai dari seorang perempuan dan laki-laki, dimana laki-laki memiliki kuasa yang terukur lebih gadang dalam memilih pasangan dan menjalani hidupnya dibandingkan perempuan. Tentunya sudah tidak awam bagi sebagian besar dari kalian dimana  laki-laki kerap dipandang atas rekeningnya dan perempuan oleh parasnya (hal ini sedang menjadi topik hangat di kalangan generasi muda sekarang). 

Semenjak tersebarnya kabar bahwa akan ada laki-laki dengan segudang harta yang akan menempati Netherfield, banyak keluarga setempat yang menyambutnya dengan baik. Mr. Bingley merupakan pria muda dengan pencapaian yang mengesankan di usianya yang masih muda. Mr. Bingley ditemani oleh adiknya, Caroline dan temannya, Mr. Darcy.

Di sisi lain Netherfield, ada sebuah keluarga yang memiliki lima orang anak perempuan tanpa anak lelaki, yaitu Keluarga Bennet. Keadaan saat itu tidak memungkinkan harta warisan jatuh ke anak perempuan, sementara Tn. dan Ny. Bennet menginginkan kelima anak perempuannya hidup dengan layak. Mendengar kedatangan Mr. Bingley, Ny. Bennet bergegas untuk menjodohkan salah satu putri mereka, Jane, dengan Mr. Bingley.

Pada alur cerita ini, bisa kita simak bagian dimana warisan keluarga hanya jatuh kepada anggota keluarga laki-laki dan tidak sama sekali kepada perempuan. Insiden ini menjadi contoh paling nyata adanya kesenjangan status bagi perempuan untuk mendapatkan peluang yang serupa. Hal ini kerap kita temui bahkan di masa kini dimana usaha keluarga sering diturunkan kepada anak laki-laki (sering dihubungkan dengan situasi dimana hanya laki-laki yang dapat menurunkan nama keluarga atau melanjutkan keturunan demi keberlangsungan nama keluarga).


Semua bermula di sebuah acara pesta dansa yang diadakan oleh masyarakat. Seperti pada umumnya, untuk anak pertama terutama putri pertama, Jane Bennet diharuskan untuk menikah terlebih dahulu sebelum adik-adiknya. Memiliki paras yang menawan bak putri menjadi daya pikat Jane dan membuatnya tampak memesona, terlebih lagi di mata seorang Charles Bingley. 

Namun, selain adanya keterkaitan antara Jane dan Mr. Bingley, Elizabeth ternyata menyimpan rasa benci terhadap Mr. Darcy yang ikut hadir di acara tersebut. Keunggulan Mr. Darcy dari segi pemasukan dan kasta yang tak kalah ‘menarik’ dari Mr. Bingley, namun  hal itu  sirna karena sifatnya yang angkuh dan menjadi kelemahan yang sangat signifikan di mata Elizabeth.

Elizabeth and Mr. Darcy
Ilustrasi Elizabeth yang tak sengaja mendengar perkataan Mr. Darcy. dok: Media Storehouse USA

Elizabeth yang tidak sengaja mendengar percakapan Mr. Darcy tentang dirinya yang kurang menarik secara paras dan penampilan membuat dirinya jengkel. Terlebih lagi ketika Elizabeth menjalin hubungan pertemanan dengan Mr. Wickham. Mendengar curahan hati dari sang teman (Mr. Wickham) mengenai sejarahnya yang kurang baik dengan Mr. Darcy menumbuhkan alasan lain untuk membenci Mr. Darcy. Namun, tak disangka, Mr. Darcy mulai luluh akan kehadiran Elizabeth dan menyukainya. 

Selain itu, kisah cinta dari Jane dan Mr. Bingley harus dilanda perpisahan yang tidak diduga saat Mr. Bingley hendak melamar Jane. Tiba-tiba saja,  Mr. Bingley terpaksa untuk mengangkat kaki dari Netherfield. Elizabeth berspekulasi bahwa Caroline, adik perempuan Mr. Bingley adalah biang kerok dari perginya Mr. Bingley (Caroline memandang remeh status sosial Jane dan keluarganya).

Pada kasus yang tertera, bisa kita telusuri lebih lanjut adanya pandangan yang kurang mengenakkan terhadap individu dari kalangan menengah ke bawah. Beberapa orang mempunyai penghakiman tanpa adanya fakta mengenai orang dari status sosial yang berbeda. Sayangnya, hal ini sering dialami oleh beberapa saudara kita, bahkan menjadi salah satu marketing methodology dimana stakeholders perusahaan memandang “remeh” konsumen agar berinisiatif untuk membeli barang mereka yang dilatarbelakangi oleh gengsi.

Tidak sampai di sini masalah Keluarga Bennet. Seorang kerabat laki-laki terdekat Mr. Bennet sekaligus pewaris Keluarga Bennet yang bernama Mr. Collin, secara tiba-tiba berkunjung ke kediaman Keluarga Bennet. Dia menceritakan perjuangannya bahwa ia dibantu (secara finansial, dimana dia dipekerjakan) oleh seseorang bernama Lady Catherine de Bourgh yang juga merupakan bibi dari Mr. Darcy.

Dengan kedatangannya, ia berniat untuk melamar salah satu dari kelima gadis dari penghuni rumah tersebut dengan ambisi  mempertahankan rumah Keluarga Bennet. Berawal dengan melamar Jane yang sayangnya ditolak karena kedua orang tua Jane yakin akan niat baik Mr. Bingley untuk menikahi putrinya. Kemudian, Mr. Collins beralih untuk mempersunting Elizabeth yang berujung ditolak untuk kedua kalinya. Tidak menyerah, Mr. Collins akhirnya melamar teman baik Jane yang bernama Charlotte Lucas dan akhirnya diterima karena dia tidak punya pilihan lain.

Dikejutkan oleh kebenaran yang selama ini terpendam antara Mr. Darcy dan Elizabeth, ternyata Mr. Darcy adalah dalang yang telah memisahkan Jane dari Mr. Bingley karena mengira bahwa Jane hanyalah wanita yang materialistis yang mengincar Mr. Bingley hanya karena uang. Selain itu, Mr. Wickham ternyata seorang pembohong dan penjudi yang mencoba untuk kawin lari dengan adik Mr. Darcy yang masih di bawah umur. Pada akhirnya, Mr. Wickham menikah dengan Lydia, adik bungsu dari Elizabeth dan Jane. Mr. Bingley kembali untuk melamar Jane dan setelah sekian lamaran yang Darcy upayakan untuk Elizabeth, akhirnya dia diterima.


Terdapat beragam pesan moral yang bisa kita temui ketika membaca karya menakjubkan dari Jane Austen. Hal ini bisa kita hubungkan pada sebagian komponen kisah di atas, seperti Keluarga Bennet yang bersikeras untuk menikahkan salah satu putrinya dengan Mr. Bingley. 

Karena tidak bisa mewariskan harta kepada anak perempuan, Keluarga Bennet ingin memberikan hidup yang lebih layak untuk setiap putri mereka. Bagian cerita ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki kuasa yang rendah jika dibandingkan oleh lelaki. Literasi yang masih kurang dihubungkan dengan mereka yang harus menunggu dinikahi agar mendapatkan kehidupan yang layak daripada mencari sumber mata uangnya sendiri,-membuat peran mereka lebih mengerucut pada masanya. Sayangnya hal ini masih kerap terjadi, terlebih lagi hal yang menyangkut pembagian peran laki-laki dan wanita dalam sebuah pernikahan atau rumah tangga dan kasus dimana perempuan tidak mempunyai wewenang untuk memilih jalan hidup mereka sendiri.

Pada masa itu, akan dilabeli sebagai suatu kejanggalan atau tidak memenuhi standar moral dan tata krama bila seorang perempuan pada prinsipnya tangguh seperti Elizabeth. Dia tidak ingin diperbudak dan tidak semata-mata jatuh hati pada Mr. Darcy. Bisa kita lihat seberapa sulitnya perjalanan dan pengorbanan Mr. Darcy demi mempersunting Elizabeth. 

Penulis ingin menggarisbawahi kesenjangan sosial dan gender yang ada pada novel Pride and Prejudice yang menjadi tali penghubung antara abad-18 dan masa kontemporer–menjadikannya novel yang cocok untuk kalian baca untuk tetap up-to-date dan membudidayakan karya-karya fenomenal klasik. 

Quote Novel Pride and Prejudice
Kutipan Novel Pride and Prejudice. Design: Page Turner ID.

Sampai di sini ulasan novel klasik, Pride and Prejudice karya Jane Austen. Novel ini membuat kita sadar akan isu sosial dahulu yang masih bertahan hingga sekarang, yaitu kesetaraan gender. Kamu ada rekomendasi bacaan klasik apa, nih?

Nantikan artikel menarik dan informatif lainnya dari Page Turner ID! Jangan lupa sampaikan isi pikiran kalian di kolom komentar ya!

Yuk, membaca lebih banyak!

#AnakMudaSukaMembaca

Referensi:

  1. Alasan Mengapa Kamu Harus Membaca Buku Klasik! Noura Books. (2021, February 25). Retrieved October 19, 2021, from https://nourabooks.co.id/alasan-mengapa-kamu-harus-membaca-buku-klasik/.
  2. Adelia. (2020, December 26). Review sinopsis film pride and prejudice (2005), Benci Jadi cinta. Wekepo.com. Retrieved October 19, 2021, from https://wekepo.com/barat/review-sinopsis-film-pride-and-prejudice/.
  3. Munk, D. (2015, November 13). Synopsis: Pride and prejudice. Utah Shakespeare Festival. Retrieved October 19, 2021, from https://www.bard.org/study-guides/synopsis-pride-and-prejudice.
  4. Shmoop Editorial Team. (2008, November 11). Pride and prejudice summary – pride and prejudice plot. Shmoop. Retrieved October 19, 2021, from https://www.shmoop.com/study-guides/literature/pride-and-prejudice/summary.
Penulis: Kinanti Prameswari Diya
Penyunting: Margaretha Indra Pratiwi, Addini Safitri

Published by Page Turner ID

Membangun gerakan #AnakMudaSukaMembaca Find your #PageTurnerExperience !

One thought on “Review Karya Klasik Prominen: Pride and Prejudice

Leave a comment